ANALISIS KELUHAN DERMATITIS KONTAK PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA NELAYAN DESA SEI APUNG JAYA KECAMATAN TANJUNG BALAI

Penulis

  • M Farouq Al Azid Mrp Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Zuhrina Aidha Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Kata Kunci:

Keluhan, Dermatitis Kontak, Penyakit Akibat Kerja, Nelayan, Sei Apung Jaya

Abstrak

Dermatitis kontak merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering dialami oleh nelayan akibat paparan langsung terhadap faktor lingkungan kerja seperti air laut, sinar matahari, ikan, solar, hingga kebersihan diri yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan pola keluhan dermatitis kontak yang dialami oleh nelayan di Desa Sei Apung Jaya, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, serta mengidentifikasi kebiasaan kerja, respon nelayan terhadap keluhan, faktor penyebab, perilaku tak sehat yang memicu, dan upaya pencegahan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Informan terdiri dari informan kunci yaitu tiga orang nelayan, dan informan pendukung yaitu PLT Kepala UPTD Puskesmas Sei Apung Jaya, Dokter Umum Puskesmas Rawat Inap Bagan Asahan, serta Ketua HNSI Desa Sei Apung Jaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan mengalami berbagai keluhan dermatitis kontak, ditandai dengan rasa gatal, kemerahan, dan bengkak pada tangan dan kaki. Keluhan ini umumnya muncul akibat kontak langsung dengan air laut, ikan, minyak, solar, oli, serta binatang laut tertentu. Kebiasaan nelayan yang memicu keluhan di antaranya menyentuh ikan dan air laut tanpa pelindung, membantu pengerjaan mesin, serta bekerja dalam kondisi pakaian basah atau lembap. Respon terhadap keluhan umumnya pasif, seperti minum obat seadanya, membiarkan keluhan sembuh sendiri, atau berobat ke puskesmas jika sudah parah. Penyebab keluhan juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang keras, kebersihan diri yang kurang, dan pemukiman yang tidak mendukung sanitasi. Terdapat pula perilaku tidak sehat seperti jarang mandi dengan air bersih, tidak mengganti pakaian basah, dan kurang memperhatikan kebersihan di atas kapal. Upaya pencegahan telah dilakukan oleh puskesmas melalui layanan pengobatan dan penyuluhan, serta dukungan dari organisasi nelayan, meskipun masih diperlukan sinergi yang lebih kuat agar edukasi dapat diterapkan secara konsisten dan menyeluruh oleh para nelayan.

Contact dermatitis is one of the most common occupational diseases experienced by fishermen due to direct exposure to work environment factors such as seawater, sunlight, fish, diesel, and poor personal hygiene. This study aims to analyze the forms and patterns of contact dermatitis complaints among fishermen in Sei Apung Jaya Village, Tanjung Balai District, Asahan Regency, North Sumatra, as well as to identify work habits, fishermen's responses to complaints, causal factors, unhealthy behaviors that contribute to the condition, and the prevention efforts undertaken. This research used a qualitative method with a case study design. Informants consisted of key informants, three fishermen, and supporting informants, namely the Acting Head of the Sei Apung Jaya Community Health Center, a General Practitioner at the Bagan Asahan Inpatient Community Health Center, and the Head of the Indonesian Fishermen’s Association (HNSI) in Sei Apung Jaya Village. The results showed that fishermen experienced various contact dermatitis complaints, commonly marked by itching, redness, and swelling on the hands and feet. These complaints were generally caused by direct contact with seawater, fish, oil, diesel, or certain marine animals. Risky work habits included touching fish and seawater without protection, assisting with engine repairs, and working in wet or damp clothing. Fishermen generally responded passively to the complaints by self-medicating, letting the condition heal on its own, or seeking treatment at health centers only when the condition worsened. The causes of complaints were also influenced by harsh environmental conditions, lack of personal hygiene, and unsanitary living environments. Unhealthy behaviors such as rarely bathing with clean water after work, not changing wet clothes, and neglecting cleanliness aboard fishing vessels were also common. Preventive efforts have been made through medical services and health education by the health center, supported by the fishermen's organization, although stronger collaboration is still needed to ensure consistent and widespread application of health education among fishermen.

Unduhan

Diterbitkan

2025-09-30