PERBANDINGAN KUALITAS VISUAL PEWARNAAN PAPANICOLAOU (PAP) DAN MAY-GRUNWALD GIEMSA TERMODIFIKASI (MDT) PADA PREPARAT SITOLOGI BRONKUS, FNAC, DAN CAIRAN PLEURA DI RSUP SITANALA
Kata Kunci:
Pewarnaan PAP, Pewarnaan Giemsa, Preparat Sitologi, Interpretasi SelAbstrak
Cytological staining plays a vital role in supporting accurate cellular interpretation. This study compares two staining methods Modified May-Grünwald Giemsa (MDT) and Papanicolaou (PAP) to evaluate the visual quality of cytology smears from various sample types. The aim is to assess the performance of each staining technique in facilitating diagnostic interpretation. The samples analyzed include bronchial washings, smears of superficial soft tissues (FNAC), and pleural fluid cytology obtained at the Department of Anatomical Pathology, Dr. Sitanala General Hospital, Tangerang. Each sample was prepared into four slides and divided for staining with both PAP and MDT methods. Evaluation parameters included cellular morphology, nuclear clarity, cytoplasmic contrast, background cleanliness, and ease of interpretation. Observations showed that PAP staining provided clearer cell morphology, well-defined nuclei, easily observed cytoplasm, and a cleaner smear background. In contrast, MDT staining produced cells that were still identifiable but tended to appear larger, with less distinct nuclei, lower cytoplasmic contrast, and a more cluttered background. Therefore, the PAP method is considered more suitable for achieving accurate cytological interpretati.
Pewarnaan sitologi berperan penting dalam membantu interpretasi seluler yang akurat. Studi ini membandingkan dua metode pewarnaan, yaitu May-Grunwald Giemsa Termodifikasi (MDT) dan Papanicolaou (PAP), untuk mengevaluasi kualitas visual preparat sitologi dari berbagai jenis sampel. Tujuan penelitian ini adalah menilai keunggulan masing-masing pewarnaan dalam hal kemudahan interpretasi diagnostik. Sampel yang dianalisis mencakup bilasan bronkus, apusan biopsi aspirasi jarum halus (FNAC) pada jaringan lunak superfisial, dan cairan pleura yang diterima di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Sitanala-Tangerang. Setiap sampel dibuat dalam empat slaid, lalu dibagi untuk diwarnai menggunakan metode Papanicolaou (PAP) dan yaitu May-Grunwald Giemsa Termodifikasi (MDT). Parameter evaluasi meliputi bentuk sel, kejernihan nukleus, kontras sitoplasma, kebersihan latar belakang, dan kemudahan interpretasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan PAP menghasilkan morfologi sel yang lebih jelas, inti yang tampak tegas, sitoplasma yang mudah diamati, serta latar belakang yang lebih bersih. Sebaliknya, pewarnaan yaitu May-Grunwald Giemsa Termodifikasi (MDT) menampilkan bentuk dan ukuran sel yang masih terlihat namun cenderung lebih besar, inti sel lebih sulit dinilai, sitoplasma kurang kontras, dan latar belakang lebih kotor. Dengan demikian, metode Papanicolaou (PAP) dinilai lebih unggul untuk interpretasi sitologi yang lebih akurat.