PENGARUH PEMBERIAN ASAM LEMAK OMEGA-3 TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERSONAL SOSIAL BATITA STUNTING DI WILAYAH PUSKESMAS BAKUNASE
Kata Kunci:
Omega-3, Perkembangan Bahasa, Personal Sosial, Batita, StuntingAbstrak
Permasalahan gizi di tingkat nasional telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak balita di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi secara rutin. Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2024 menunjukkan sebanyak 4.564 (20,6%) balita underweight, angka stunting 4.086 (18,40%) dan Wasting sebanyak 2.079 (9,4%). Gizi yang tepat sangat berperan dalam mendukung perkembangan batita. Salah satu zat gizi yang mendapat perhatian khusus adalah asam lemak omega-3. Omega-3, yang terdiri dari asam lemak esensial seperti EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid), telah dikenal luas sebagai zat gizi yang sangat berperan dalam perkembangan otak dan sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian suplemen omega-3 terhadap peningkatan berbagai aspek perkembangan anak usia dini, termasuk motorik kasar, motorik halus, perkembangan bahasa, dan sosial. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimental dengan desain non equivalent control group dengan satu macam perlakuan. Populasi pada penelitian ini adalah anak-anak usia 1-3 tahun yang berada di Wilayah Puskesmas Bakunase yang masuk dalam kategori stunting sebanyak 183 anak. Besar sampel terpilih adalah 20 sampel yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu 10 kelompok perlakuan dan 10 kelompok kontrol.. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney. Hasil pengujian statistic menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian Omega 3 terhadap motorik halus (p value= 0,317) dan motorik kasar (p value= 1,000), ada pengaruh pemberian Omega 3 terhadap personal sosial (p value= 0,046) dan bahasa (p value= 0,034) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perubahan perkembangan batita pada saat pre dan post test yang dapat dilihat dari motoric halus (p value= 0,317), motoric kasar (p value= 0,317), personal sosial (p value= 1,000) dan bahasa (p value=1,000). Pengujian statistic Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada variabel perkembangan bahasa (p value= 0,012) dan personal sosial (p value=0,012).
Potential drug interactions are often found in patients with neurological disorders. The nervous system is also a body system that has many effects from drug interactions. Most of the major adverse drug reactions such as drug interactions are included in the nervous system organ class. Objective: To determine the evaluation and relationship between patient characteristics and the incidence of interactions in outpatients at the neurological polyclinic. Method: is descriptive non-experimental with a prospective method. Data analysis to see the relationship between patient characteristics and the incidence of drug interactions using the chi square test. Results: The female gender is more dominant in experiencing neurological diseases by (54%), according to age. Most neurological disease sufferers are aged 46-55 years, the drug interaction that most often causes interactions is a combination of phenytoin and diazepam, based on the high level of severity of drug interactions in the moderate category there were (91.17%), the most common interaction mechanism was pharmacodynamics in 91 cases (89.21%). Conclusion: Evaluation of drug use in neurological patients as many as (14%) experienced drug interaction effects and as many as (86%) did not experience drug interaction effects. Among the patient characteristics, only the number of drugs was related to the incidence of drug interactions in post-therapy patients at the polyclinic nerve.